Mengenal Adat Istiadat Tana Toraja
indokanal.TANA Toraja dikenal dengan adat-istiadat dan kehidupan tradisional
masyarakatnya. Sebab adat dan budaya inilah Toraja di kenal sebagai
salah satu destinasi wisata yang patut di kunjungi di Sulawesi Selatan.
Salah satu destinasi wisata di Toraja yang sering dikunjungi adalah Desa
Ke’Te Kesu. Desa ini merupakan kawasan cagar budaya yang terletak 4 km
di bagian tenggara Rantepao.
Saat ada upacara adat Toraja biasanya wisatawan ramai berkunjung, antara lain pemakaman adat atau Rambu Solo dan upacara memasuki rumah adat baru (Rambu Tuka).
Sebanyak tujuh tongkonan (rumah adat Tana Toraja) ditahbiskan atau yang biasa disebut dengan Mangrara. Ketujuh tongkonan tersebut adalah Tongkonan Kesu, Tongkonan To’Kaluku, Tongkonan To’ Sendana, Tongkonan Bamba, Tongkonan Tonga, Tongkonan Sepang, dan Tongkonan Rura Lompo. Kemeriahan acara tersebut mulai terasa sejak pagi hari.
Jalanan menuju Ke’Te Kesu dipadati warga yang ingin menghadiri Mangrara. Ribuan kerabat dan keluarga dari tujuh tongkonan itu pun tampak memadati lokasi Ke’Te Kesu. Di depan gerbang Ke’Te Kesu ada banyak babi yang akan di persembahkan saat ritual adat.
Perwakilan keluarga tujuh tongkonan, Siwambe’ Tingting Kareba Sarungallo, mengatakan, kegiatan tersebut merupakan upacara turun-temurun yang biasanya dilaksanakan satu generasi.
“Jadi kebetulan ini setelah 28 tahun baru dilaksanakan lagi supaya anak-anak dan cucu kami bisa saling berkenalan. Semua rumpun keluarga terwakili disini, jadi dari 56 generasi yang lalu sampai ke anak saya,” ujar nya di Ke’Te Kesu, akhir Juni lalu.
Siwambe’ mengatakan, ritual yang digelar 29 Juni lalu itu adalah acara Ma’ Papa yang di dalamnya semua rumpun keluarga harus hadir. Keesokan harinya digelar penutupan atau Ma’Bubung.
Ihwal penyembelihan hewan, menurut dia, ritual itu memiliki makna tersendiri. “Hari ini hanya untuk pemotongan hewan dalam arti babi dan kerbau diberikan kepada mereka yang mempunyai jabatan dan masyarakat. Kalau jumlah babi itu tergantung dari ekonomi keluarga. Kira-kira hari ini ada sekitar 600 ekor,” ucapnya.
Upacara Rambu Tuka juga di hadiri beberapa pejabat pemerintah setempat, salah satunya Bupati Toraja Utara Kalatiku Paembonan. Menurut Kalatiku, upacara adat Mangrara adalah upacara puncak peresmian tongkonan yang dalam tradisi orang Toraja sangat dihormati dan disakralkan karena jarang terjadi.
Kekayaan adat-istiadat masyarakat Toraja sangat mengagumkan, begitu pun dengan sambutan masyarakat setempat kepada para pendatang yang begitu hangat.
“Adat-istiadat masyarakat Toraja masih sangat kental. Bahkan untuk pembangunan rumah pun masyarakat punya tata cara sendiri untuk memenuhi syarat adat mereka,” tutur Head of Marketing MNC Travel Diana Ring. Berkunjung ke Ke’Te Kesu di Toraja Utara kurang lengkap rasanya jika tidak menyambangi kuburan batu.
Kesan horor muncul ketika pertama kali mendengarnya, tapi jika sudah melihatnya langsung yang muncul justru kekaguman. Objek wisata ini berada dibelakang Ke’Te Kesu Rantepao, kira-kira jaraknya 100 meter dari tongkonan tempat upacara sebelumnya. Di sini wisatawan bisa menyusuri jalanan yang di siapkan untuk menuju area pemakaman.
Dengan jalur mendaki, pandangan akan tertuju pada sebuah bukit yang menjulang tinggi. Terdapat anak tangga yang mengantar kita menuju ke atas. Selama menaiki tangga hingga di puncak, tepatnya di sebuah gua, wisatawan akan di sambut sebuah makam dengan beberapa tengkorak dan tulang-belulang. Agak mistis memang, tetapi itulah keunikan Toraja dibanding objek wisata lainnya di Tanah Air.
Saat ada upacara adat Toraja biasanya wisatawan ramai berkunjung, antara lain pemakaman adat atau Rambu Solo dan upacara memasuki rumah adat baru (Rambu Tuka).
Sebanyak tujuh tongkonan (rumah adat Tana Toraja) ditahbiskan atau yang biasa disebut dengan Mangrara. Ketujuh tongkonan tersebut adalah Tongkonan Kesu, Tongkonan To’Kaluku, Tongkonan To’ Sendana, Tongkonan Bamba, Tongkonan Tonga, Tongkonan Sepang, dan Tongkonan Rura Lompo. Kemeriahan acara tersebut mulai terasa sejak pagi hari.
Jalanan menuju Ke’Te Kesu dipadati warga yang ingin menghadiri Mangrara. Ribuan kerabat dan keluarga dari tujuh tongkonan itu pun tampak memadati lokasi Ke’Te Kesu. Di depan gerbang Ke’Te Kesu ada banyak babi yang akan di persembahkan saat ritual adat.
Perwakilan keluarga tujuh tongkonan, Siwambe’ Tingting Kareba Sarungallo, mengatakan, kegiatan tersebut merupakan upacara turun-temurun yang biasanya dilaksanakan satu generasi.
“Jadi kebetulan ini setelah 28 tahun baru dilaksanakan lagi supaya anak-anak dan cucu kami bisa saling berkenalan. Semua rumpun keluarga terwakili disini, jadi dari 56 generasi yang lalu sampai ke anak saya,” ujar nya di Ke’Te Kesu, akhir Juni lalu.
Siwambe’ mengatakan, ritual yang digelar 29 Juni lalu itu adalah acara Ma’ Papa yang di dalamnya semua rumpun keluarga harus hadir. Keesokan harinya digelar penutupan atau Ma’Bubung.
Ihwal penyembelihan hewan, menurut dia, ritual itu memiliki makna tersendiri. “Hari ini hanya untuk pemotongan hewan dalam arti babi dan kerbau diberikan kepada mereka yang mempunyai jabatan dan masyarakat. Kalau jumlah babi itu tergantung dari ekonomi keluarga. Kira-kira hari ini ada sekitar 600 ekor,” ucapnya.
Upacara Rambu Tuka juga di hadiri beberapa pejabat pemerintah setempat, salah satunya Bupati Toraja Utara Kalatiku Paembonan. Menurut Kalatiku, upacara adat Mangrara adalah upacara puncak peresmian tongkonan yang dalam tradisi orang Toraja sangat dihormati dan disakralkan karena jarang terjadi.
Kekayaan adat-istiadat masyarakat Toraja sangat mengagumkan, begitu pun dengan sambutan masyarakat setempat kepada para pendatang yang begitu hangat.
“Adat-istiadat masyarakat Toraja masih sangat kental. Bahkan untuk pembangunan rumah pun masyarakat punya tata cara sendiri untuk memenuhi syarat adat mereka,” tutur Head of Marketing MNC Travel Diana Ring. Berkunjung ke Ke’Te Kesu di Toraja Utara kurang lengkap rasanya jika tidak menyambangi kuburan batu.
Kesan horor muncul ketika pertama kali mendengarnya, tapi jika sudah melihatnya langsung yang muncul justru kekaguman. Objek wisata ini berada dibelakang Ke’Te Kesu Rantepao, kira-kira jaraknya 100 meter dari tongkonan tempat upacara sebelumnya. Di sini wisatawan bisa menyusuri jalanan yang di siapkan untuk menuju area pemakaman.
Dengan jalur mendaki, pandangan akan tertuju pada sebuah bukit yang menjulang tinggi. Terdapat anak tangga yang mengantar kita menuju ke atas. Selama menaiki tangga hingga di puncak, tepatnya di sebuah gua, wisatawan akan di sambut sebuah makam dengan beberapa tengkorak dan tulang-belulang. Agak mistis memang, tetapi itulah keunikan Toraja dibanding objek wisata lainnya di Tanah Air.
Comments
Post a Comment